Cerpen Akhir Tahun 2014
Maafkan
Aku Fahri
Hujan
turun dari langit ciptakan suasana dingin menusuk badan, yaaa memang ini sedang
musim hujan. (Bukan musim rambutan). Adalah Aku seorang remaja yang sudah mulai
dag dig dug ketika berpapasan dengan Akhwat. Sekarang ini banyak Akhwat yang
pura – pura sholeh, baik, sopan padahal sebaliknya tak sedemikian. Bukan juga
Akhwat yang nakal, suka berkata kotor, atau menampilkan kejelekan yang memang
kenyataan pada dirinya itu adalah untuk menyembunyikan kebaikanya. Semua
itu hanyalah Allah yang tahu, tetapi kita
juga perlu hati-hati ketika memilih teman agar tak menyesal didepan, eh maaf
;-D tak menyesal dibelakang maksudnya.
Aku punya
teman akrab yang selalu memberikan masukan mengenai masalah yang sedang Aku
hadapi, terutama masalah hati. Maklumlah masa remaja kan masa ketika cinta
menggebu-gebu.....
“Rin, besok ada waktu ngga?” Tanya ku ke Rini.
“Ada Syah, emang kenapa? Jawab Rini penuh
kepo.
“mmm, biasalah masa ngga paham”
“ku tebak masalah cinta yaaa? Hehehe...”
Sedikit terdiam sambil senyam senyum “
Iyaa Rin, kok tahu? Itu lho Fahri yang suka ngirim surat“
“Emang kenapa Fahri, dia hebat ya diera
modernisasi ini masih saja pake surat. So Sweet bangeet...”
“Biasa aja kali Rin... masalahnya dia itu
nembak Aku.” Ujar ku singkat.
“Aisyah kamu itu harusnya bersyukur ada
Akhwat seperti Fahri yang pinter nembak kamu.”
“Udalah Rin, dilanjutin besok aja. Aku
mau pulang sudah sore juga, oh ya Rin bilangin Ibu kamu ya terima kasih kuenya
enak.. kapan-kapan beleh yaa dibungkus bawa pulang. he he he” pamitku sedikit bergurau.
“kamu itu kalau masalah makan saja cepet,
ok lah. Hati-hati dijalan yaa, besok Aku tunggu ditaman”
Sore
itu Aku pulang sambil fikiranku memikirkan surat Fahri. Disepanjang jalan
trotoar ku berjalan melintasi kota metropolitan yang ramai. Ku lihat jam
tanganku sudah menunjukan pukul setengah lima sore. Langsung saja ku percepat
jalanku untuk sampai kerumah, agar tak terlambat untuk ku bersujud diwaktu
Ashar kepada yang Kholik. Sesampainya dirumah Aku ambil air untuk Wudhu dan
selanjutnya Sholat. Tak lama setelah selesai ku sholat Ibu ku pulang dari
tempat kerjanya.
“Assalamu’alaikaum? Salam Ibu ku didepan pintu.
“Wa’alaikum salam bu, Ibu capek yaaa habis kerja seharian. Aisyah
sudah buatkan Ibu teh anget di belakang.” Sambutku kepada Ibuku tercinta.
“Aduhh nakk ngga usah
repot-repot buatin Ibu minuman. Ibu masih bisa kok buat minuman sendiri”
“Iya Bu, Aisyah Cuma pengin buat Ibu senang aja. Ngga salah kan
Bu?”
“Aisyah anak Ibu yang baik, Terima Kasih sudah mau repot-repot
buatin Ibu minum, ayo masuk ini Ibu bawakan oleh-oleh dari Kantor bagi dua yaa
sama adikmu”
“Pastilah Bu, Aisyah kan punya adik yang baik juga, masa Aisyah
tega habisin sendiri”
Semenjak meninggalnya Ayahku, Ibuku lah yang
menanggung seluruh kebutuhan keluargaku. Dari biaya aku kuliah sampai sekolah
adiku semua Ibu yang mencukupi. Memang cukup besar gaji Ibuku, seorang Manager
di perusahaan properti terkemuka seputar Pulau Jawa. Ibuku bisa sukses seperti
itu memang hebat, perjuangan yang dilaluinya cukup berat. Tak heran Ibuku telah
menyandang gelar S2 menejemen. Aku terkadang iri dengan kegemilangan prestasi
Ibuku. Makanya Aku punya tekad untuk bisa lulus sampai S3 dan akan Aku wujudkan
mimpiku untuk Ibuku tersayang.
Sore...
malam... telah berlalu, tinggalah waktu pagi yang cerah menghiasi langit yang
indah mengiringi saat ku buka jendela rumahku. Suasana sejuk, senang, asri tak
ketinggalan mengelilingi pagiku. Lalu lalang kendaraan kota mulai ramai ketika
sang surya mulai naik dan bangun dari tidurnya. Seperti biasa Ibuku yang rajin
banget menyiapkan makan pagi dan segera bergegas berangkat ke kantor agar tak
terjebak macet.
Sejenak
ku kembali teringat akan surat dari Fahri, sebenarnya Fahri itu baik, sopan,
pinter pokoknya semua yang baik ada padanya. Tetapi..............
Eh ngapain juga Aku memikirkanya kurang kerjaan saja.
“Kak, Reza berangkat sekolah dulu yaa. Awas lupa mandi kebanyakan
melamun, hehehe” sindir adiku Reza ketika lamunan menghampiriku.
“heemm, iya deh. Hati-hati Reza dijalan belajar yang bener biar
jadi orang sukses kaya Ibu” nasihat ku ke Reza.
Hari
ini Aku ada janji dengan Rini di Taman, segera ku bergegas mandi dan sarapan
lalu ku pergi ke Taman. Kasihan Rini bila harus menunggu lama. Tapat Pukul
Sepuluh Aku berjalan menuju Taman yang asri nan Indah. Sudah ku tebak ternyata
Rini sudah disana menunggu. Memang dia teman yang baik, disaat Aku butuh dia
senantiasa selalu ada, entah bagaimana dia meluangkan waktunya itu. Seperti
dulu ketika Aku dirundung masalah mengenai hancurnya nilai sekolahku ketika Aku
kenal Pacaran di SMA. Rini adalah sahabat yang selalu memberi semangatku untuk
bangkit dari keterpurukan, sehingga Aku bisa meraih prestasi sepuluh besar UN
di sekolahku. Serentak Ibuku bangga akan prestasiku, namun hal itu tidak
membuat Aku berhenti menggapai mimpi. Akan Ku capai semua mimpiku selagi Aku
bisa mewujudkanya. Pelajaran di SMA ketika Aku kenal Pacaran membuatku sadar
bahwa Pacaran terkadang tidak membawa untung, malah kita bisa rugi dengan efek
samping yang banyak.
“Hei Rin, udah lama disini?” suaraku
mengagetkan Rini yang sudah lama menuggu.
“Eh Aisyah, ditunggu dari tadi orangnya
baru dateng”
“Maaf deh Rin, dirumah banyak kerjaan
yang harus diselesaikan”
“Ngga jauh kerjaanya pasti hanya melamun
kan? Hayoo ngaku.... Hehehe”
“Kok tahu, gara-gara Fahri si kerjaanya
Aku jadi sering melamun terus”
“hemmm iya deh, yang lagi ditembak.
Hahaha.............. yang kemaren dilanjutin yahh? Asyik ceritanya so sweet
banget tuh si Fahri. Ngomong-ngomong boleh ngga Aku baca suratnya Syah,
Please....”
“iih kamu itu lho Rin, ada nih Aku bawa.... “
“Aku baca yaa Syah”
===
Buat Aisyah.....
Assalamu’alaikum Wr.
Wb
Aisyah dengan
datangnya suratku yang kesekian kali ini, Aku memohon maaf sebelumnya. Karena
kehadiran suratku ini mungkin membuat kamu tidak nyaman. Namun ketahuilah
semenjak Aku kenal kamu di SMA hatiku selalu bergetar taatkala Aku berjumpa
denganmu. Kamulah orang dapat menggugah hatiku untuk Aku dapat jadi orang yang
penuh semangat sehingga Aku ulet dan Rajin.
Aisyah maukah engkau
jadi kekasihku mengisi kalbu yang rindu akan kasih sayang?
Mungkin hal ini
mengagetkanmu, tetapi harus aku katakan kepadamu. Dengan ini semoga aku dapat
mendapatkan apa yang aku harapakan.
Surat balasanmu
tetap akan ku tunggu semoga engkau
berkenan membalas surat yang kesekian kali ini.
Wassalamu’alaikum
wr. Wb.
Fahri
===
“Kasihan yaa si Fahri, Aisyah balas dong
surat dari Fahri lagian ngga ada salahnya kan membalas surat orang. Katakanlah
sejujurnya kepada Fahri. Ini ada Kertas tulis balasanmu ke Fahri, nanti Aku
yang nganter deh”
“Iyaa Rin, sebenarnya Aku kasihan dengan
dia. Ok deh sini Aku tulis, tapi kamu jangan baca yaa! AWAS lho......”
===
Buat Fahri
Assalamu’alaikum wr.
Wb.
Fahri, Aisyah mohon
maaf atas surat-surat yang kamu kirim
kepada ku. Yang tidak pernah aku balas. Bukanya aku tak mau membalasnya, tetapi
karena kesibukanku dengan urusan kuliahku ini. Aku harap engkau dapat mengerti.
Aku senang, dengan
kehadiran ku dapat membuatmu giat bekerja sehingga ulet dan rajin. Tetapi dari
lubuk hati yang paling dalam Aku memohon maaf kepadamu. Aku tidak bisa menerima
rencanamu yang ingin menjadikan ku kekasihmu. Masa depanku masih panjang, Aku
ingin konsentrasi mewujudkan mimpiku.
Ketahuilah Aku tidak
tahu, Apakah kita kita Jodoh? Semua telah ada di Maha Kuasa kita hanya bisa
menjalankanya. Jangan bilang kau mencintaiku bila engkau tidak pernah berjuang,
menangis dan berdoa agar aku tetap ada dihidupmu.
Bila engkau
benar-benar cinta kepadaku, berikan ku bukti dengan datangnya lamaranmu disaat engkau berhasil nanti. Aku
siap menunggumu kelak jika aku dan kamu telah berhasil. Pesanku janganlah
bersedih karena cinta, ingatlah suatu saat nanti kamu akan tersenyum kerena
cinta yang lebih baik.
Wassalamu’alaikum
wr. Wb.
Aisyah.
===
“nih Rin udah
selesai, tolong kasihkan ke Fahri yaa. Awas
jangan dibaca!”
“Ok siap menerima
tugas! Hahaha... pastilah Syah”
Jam sudah menunjukan pukul 12 sudah
siang, aku pulang dan Rini mengantarkan suratku ke Fahri. Aku merasa lega atas
kejujuranku kepada Fahri lewat surat yang ku tuliskan tadi. Sebenarnya aku
ingin menerimanya........ Ahhh sudahlah semua telah berlalu yang ada hanya
meratap masa depan yang gemilang.
Dengan langkah sempoyongan dan fikiran
melayang-layang Aku terus berjalan pulang seperti biasa melewati trotoar
disepanjang kota metropolitan.
“Fahri, Aisyah Aisyah” kejut Rini
mengagetkan duduknya.
“Rin, ada apa dengan Aisyah?”
“Aisyah kecelakaan jalan, sekarang kondisinya
koma di Rumah Sakit” jawab Rini dengan nada sedih bergelinangan air mata kepada
Fahri.
Segera bergegas Fahri dan Rini menuju
Rumah Sakit dimana Aisyah dirawat. Namun
Allah telah mengatur segalanya, ketika sampai di Rumah Sakit kondisi Aisyah sudah
tiada. Hanya ada kalimat ‘Allah’ yang terakhir kali terucap olehnya. Kesedihan dan
isak tangis membanjiri Ibu, Reza, Rini terutama Fahri.
“Fahri, Aku harap kamu tabah menghadapi
cobaan ini. Relakanlah kepergian Aisyah, kita doakan saja Aisyah diterima amal
ibadahnya di sisi Allah. Ini surat yang dari Aisyah yang sempat dia balaskan
kepadamu”
Dengan air mata yang menetes dan jatuh
membasahi surat itu Fahri mencoba merelakan kepergian kekasih pujaanya ke sang
pencipta.
Selesai...
Purwokerto,
25 Desember 2014 07.40 am. Zaenul Alim
Cerpen Karangan : Zain Aliem
Facebook :
Zaenul Zeen
Blog :
zaenulalim.blogspot.com
Zain Aliem, adalah nama pena dari Zaenul
Alim, seorang santri kelahiran Banyumas, 11 April 1998. Dan kini telah menggeluti pendidikan di
SMK Negeri 2 Purwokerto untuk menggapai cita-cita jadi Arsitek.